BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Afrika Selatan atau Uni Afrika Selatan
adalah sebuah negara di Afrikabagian selatan. Afrika Selatan bertetangga dengan
Namibia, Botswana danZimbabwe di utara, Mozambik dan Swaziland di timur laut.
Keseluruhan negaraLesotho terletak di pedalaman Afrika Selatan. Pada masa
dahulu, pemerintahan negara ini dikecam karena politik‘apartheid’nya tetapi
sekarang Afrika Selatan adalah sebuah negara demokratisdengan penduduk kulit
putih terbesar di benua Afrika. Afrika Selatan jugamerupakan negara dengan
berbagai macam bangsa dan mempunyai 11 bahasaresmi. Negara ini juga terkenal
sebagai produsen berlian, emas dan platinumyang utama di dunia. Mendengar kata
Afrika Selatan pasti tak pernah lepas dari “apartheid dan Nelson Mandela”.
Negara yang memiliki 11 bahasa resmi termasuk di dalamnya bahasa English,
Afrikaans, Sesotho, Setswana, Xhosa dan Zulu ini hingga sampai pada tahun 1994
masih didominasi oleh kekuatan superior kulit putih, meski pada saat itu
Mandela telah menjabat sebagai presiden berkulit hitam pertama di sana.
Pemerintahan kulit putih yang dalam hal ini terlalu bertindak dengan melihat
seseorang itu dari ras apa. Meski negara ini merupakan negara yang tak lepas
dari masalah, namun negara ini juga telah sukses mengadakan tiga kali pemilihan
umum tentunya semenjak pemerintahan tak lagi didominasi oleh kulit putih
tentunya. Kekuatan yang mendasari dari benua Afrika juga tak lepas dari
perekonomian di negara ini. Lihat saja melalui sumber daya alam yang terdapat
di negara ini, ada emas yang menjadi kebanggaannya, ada juga berlian, mineral,
platinum dsb. Negara Afrika Selatan terbagi menjadi 9 provinsi (Cape
Timur,Barat, Utara, Free State, Gauteng, KwaZulu-Natal, Limpopo, Mpumalanga,
North-West). Meski negara ini beribukotakan Pretoria, namun terdapat tiga
pemerintahan yang menjadi pusatnya. Pretoria, Cape Town, dan Bloemfontein. B.
Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah dari negara Afrika Selatan itu sendiri ?
2. Bagaimana negara Afrika Selatan dibawah politik Apartheid ? 3. Bagaimana
hubungan antara Indonesia dengan Afrika Selatan ?
BAB
II PEMBAHASAN
A. Sejarah
Afrika Selatan
Afrika Selatan merupakan salah satu
negara tertua di benua Afrika. Banyak sukutelah menjadi penghuninya termasuk
suku Khoi, Bushmen, Xhosa dan Zulu.Penjelajah Belanda yang dikenal sebagai
Afrikaner tiba disana pada 1652. Padasaat itu Inggris juga berminat dengan
negara ini, terutama setelah penemuancadangan berlian yang melimpah. Hal ini
menyebabkan Perang Inggris-Belandadan dua Perang Boer. Pada 1910, empat
republik utama digabung di bawahKesatuan Afrika Selatan. Pada 1931, Afrika Selatan
menjadi jajahan Inggris sepenuhnya.Walaupun negara ini berada di bawah jajahan
Inggris, mereka terpaksa berbagikuasa dengan pihak Afrikaner. Pembagian kuasa
ini telah berlanjut hingga tahun1940-an, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai
Nasional (NP) memperolehmayoritas di parlemen. Strategi-strategi partai
tersebut telah menciptakan dasarapartheid (yang disahkan pada tahun 1948),
suatu cara untuk mengawal sistemekonomi dan sosial negara dengan dominasi kulit
putih dan diskriminasi ras.Namun demikian pemerintahan Inggris kerap kali
menggagalkan usahaapartheid yang menyeluruh di Afrika Selatan.Pada tahun 1961,
setelah pemilu khusus kaum kulit putih, Afrika Selatandideklarasikan sebagai
sebuah republik. Bermula pada 1960-an, ‘GrandApartheid’ (apartheid besar)
dilaksanakan, politik ini menekankan pengasinganwilayah dan kezaliman pihak
polisi. Penindasan kaum kulit hitam terus berlanjut sehingga akhir abad ke-20.
PadaFebruari 1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat
dariberbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika
(ANC),pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk
menarikbalik larangan terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai
politikberhaluan kiri yang lain dan membebaskan Nelson Mandela dari
penjara.Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan
pemilutanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Partai ANC
meraihkemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai Presiden
kulithitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah berada
ditangan kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup
dalamkemiskinan.Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden negara ini selama 5
tahun,pemerintahannya telah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanyadalam
isu-isu yang telah diabaikan semasa era apartheid. Beberapa isu-isu
yangditangani oleh pemerintahan pimpinan ANC adalah seperti pengangguran,wabah
AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela jugamula
memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada ekonomi global setelahbeberapa
tahun diasingkankan karena politik apartheid. Di samping itu, dalamusaha mereka
untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuahkomite yang dikenal
dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawahpimpinan Uskup Desmond
Tutu. Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan
polisi agar masyarakat Afrika Selatan dapathidup dalam aman dan
harmonis.Presiden Mandela menumpukan seluruh perhatiannya terhadap perdamaian
ditahap nasional, dan mencoba untuk membina suatu jatidiri untuk Afrika
Selatandalam masyarakat majemuk yang terpisah oleh konflik yang
berlarut-larutselama beberapa dasawarsa. Kemampuan Mandela dalam mencapai
objektifnya jelas terbukti karena selepas 1994 negara ini telah bebas dari
konflik politik.Nelson Mandela meletakkan jabatannya sebagai presiden partai
ANC padaDesember 1997, untuk memberi kesempatan kepada Presiden yang baru yaitu
Thabo Mbeki. Mbeki dipilih sebagai presiden Afrika Selatan selepas
memenangipemilu nasional pada tahun 1999, dan partainya menang tipis dua
pertigamayoritas di parlemen. Presiden Mbeki telah mengalihkan fokus
pemerintahandari pendamaian ke perubahan, terutama dari segi ekonomi negara. B.
Afrika Selatan dibawah politik Apartheid Apharteid berasal dari bahasa Belanda
yang artinya pemisahan. Pemisahan disini berarti pemisahan orang-orang Belanda
(kulit putih) dengan penduduk asli Afrika (kulit hitam).Apharteid kemudian
berkembang menjadi suatu kebijakan politik dan menjadi politik resmi pemerintah
Afrika Selatan yang terdiri dari program-program dan pertaruran-peraturan yang
bertujuan untuk melestarikanpemisahan rasial. Secara struktual, Apartheid
berarti kebijaksanaan mempertahankan dominasi minoritas kulit putih atas
mayoritas bukan kulit putih melalui pengaturan masyarakat di bidang social,
budaya, politik, militer dan ekonomi. Kebijakan ini berlaku th1948. Pada saat
itu Afrika Selatan dibagi menjadi 4 golras utama yaitu kulit putih, kulit
hitam, kulit berwarna, kulit Asia. Masalah Apartheid berawal dari pendudukan
yang dlakukanoleh bangsa Eropa di Afrika. Bangsa Eropa yang pertama kali datang
ke Afrika Selatan adalah bangsa Belanda. Bangsa Belanda datang ke Afrika
Selatan dipimpin oleh Jan Anthony van Riebeeck. Kedatangan Belanda ini mnimbulkan
masalah dalam kehidupan masyarakat Afrika Selatan. Daerah Afrika Selatan selain
tanahnya subur juga memiliki hasil penambangan emas. Derah itu pada awalnya
dikuasai oleh bangsa Portugis, tetapi sejak abad ke-7 diambil alih oleh bangsa
Belanda. Sejak itu daerah Afrika Selatan menjadi koloni Belanda dan banyak
orang-orang Belanda yang datang dan menetap di daerah itu. Pada tahun 1812
orang-orang Inggris juga datang di Afrika Selatan dan berhasil mendesak
orang-orang Belanda (Boer). Setelah terlibat dalam perang hebat (perang Boer)
bangsa Belanda mengalami kekalahan, sehingga Afrika Selatan kemudian dibagi
dua. Afrika Selatan bagian utara diduduki oleh Bangsa Boer, sedangkan bagian
selatannya diduduki oleh Inggris. Di bagian selatan, Inggris mendirikan Natal
dan Cape Town sebagai daerah koloni mereka, sedangkan di bagian utara berdiri
dua negara, yaitu Oranye Vrijstaat dan Transvaal oleh Bangsa Boer. Walaupun
masing-masing telah memiliki bagian, peperangan masih saja terus berlangsung.
Hingga tahun 1910 Inggris berhasil mempersatukan seluruh Afrika Selatan dalam
satu Uni Afrika Selatan menjadi Republik dengan presidennya Hendrik Verwoed. Di
masa pemerintahannya ia bermaksud untuk memisahkan golongan minoritas kulit
putih dengan golongan mayoritas kulit hitam. Kebijakan Verwoed inilah yang
kemudian berkembang menjadi semacam diskriminasi rasial atau perbedaan warna
kulit yang kemudian dikenal dengan nama Apartheid. Memperhatikan makna dari
arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik
golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang.
Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang
pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan
dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat kulit hitam. Verwoed menyusun
rencana pembentukan homeland, yang disebut juga Batustan. Homeland dilaksanakan
dengan diadakannya pembagian kembali Afrika Selatan berdasarkan wilayah
kesukuan. Tiap orang kulit hitam Afrika Selatan diharuskan menjadi warga negara
salah satu homeland atas dasar tempat lahirnya. Untuk memantapkan proyek
homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk perangsang termasuk perangsang untuk
pemasukan modal dari luar untuk homeland. Kemajuan-kemajuan kecil tampak dari
proyek itu. Partai Nasional memenangkan pemilihan umum dengan program Politik
Apartheid. Kontak antara ras yang dapat membahayakan kemurnian ras dibatasi.
Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku untuk
golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih
kecil. Kemenangan Partai Nasional bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan
hasil situasi Afrika Selatan itu sendiri. Setelah berkuasa, Partai Nasional
bergerak secara sistematis untuk memperkuat kedudukannya dalam parlemen dan
memperluas kedudukannya di luar parlemen. Pergerakan Politik Afrika Selatan
dalam Menentang Politik Apartheid. Setelah partai nasional berkuasa di Afrika
Selatan secara sistematis dilembagakan dan dituangkan dalam undang-undang
sehingga orang kulit putih menguasai rakyat pribumi dan secara berangsur-angsur
merampok dan mengurangi hak-haknya. Orang kulit hitam menolak klaim kulit putih
bahwa secara kodrat orang kulit putih memiliki keunggulan dan hak untuk
memimpin. Dengan adanya orang-orang kulit hitam menerima pendidikan Barat maka
mereka mulai mengambil langkah-langkah membentuk gerakan politik. South Afrika
Native National Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London untuk
mengajukan protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African
National (SANC) pada tahun 1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African
National Congress). Sasarannya terbatas pada usaha agar golongan elit Afrika
Selatan diterima secara sosial dan politik dalam masyarakat yang dikuasai oleh
orang kulit putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan
konstitusional. Perjuangan ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan
mengeluarkan National Land Act yang isinya :”orang kulit hitam dilarang membeli
tanah atau hidup di wilayah orang kulit putih sebagai penyewa atau penggarap
bagi hasil”. Pada tahun 1919 – 1920, ANC melancarkan kampanye menentang
peraturan-peraturan kewajiban orang kulit hitam membawa pas. ANC mengalami
kemunduran setelah pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan keras dan
tegas. Untuk sementara peranannya diambil alih oleh ICU (Industrial and
Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919. ANC memperluas keanggotaannya
dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa. Pada tahun 1952, orang kulit hitam,
kulit berwarna serta sejumlah orang kulit putih melancarkan suatu perlawanan
pasif. Situasi seperti ini terjadi pada tahun 1970 dan kejadian serupa sering
terjadi dalam perjuangan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh ANC. Pada tahun
1955, kelompok-kelompok yang menentang politik Apartheid mengadakan pertemuan
di Capetown untuk menggariskan dasar-dasar bagi Afrika Selatan yang demokratis
dan non rasial. Pada tahun 1956 sebanyak 156 orang pemimpin ditangkap karena
dituduh berkomplot akan menggulingkan pemerintah. Proses ini terjadi
berlarut-larut hingga akhirnya mereka dibebaskan pada tahun 1961. sementara ANC
kehilangan pemimpin-pemimpinnya, sejumlah anggotanya memisahkan diri dan
mendirikan Pan Africanist Congress (PAC). Pada tahun 1960 PAC melancarkan kampanye
anti kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa itu sebanyak 69 orang tewas ditembak
oleh polisi di Sharpeville. Gerakan ANC dan PAC akhirnya dilarang setelah
peristiwa itu. Pembantaian di Sharpeville dan adanya larangan
organisasi-organisasi politik di kalangan orang kulit hitam merupakan titik
balik dalam sejarah pembebasan Afrika Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa dengan
jalan damai tidak bisa maka ditempuh jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962,
aktivis orang kulit hitam mendirikan organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso
dengan mengadakan sabotase terhadap milik orang kulit putih. Menjelang akhir
tahun 1973, pemimpin-pemimpin Bantustan mengadakan pertemuan untuk membentuk
federasi negeri-negeri Bantu dan mengutuk diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
Pada tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan pertemuan dengan PM Vorster.
Pada pertemuan itu, PM Vorster maupun federasi akan meminta tambahan wilayah
bagi negara Bantu. PM Vorster menolak usulan agar diselenggarakan suatu
konvensi multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru dan dia tidak akan
mengikutsertakan orang kulit hitam dalam kekuasaan negara. Tekanan-tekanan
semakin meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan
demontrasi protes di Soweto yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota
orang kulit hitam dekat Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang tewas dan
lebih seribu orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko pimpinan Black
Consciousness dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan
agar mengambil tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar persamaan dan
melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi rasial. Pada
tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya sambil menghimbau kepada semua
negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan militer kepada
Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap acuh tak acuh
pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada semua negara
agar menggunakan embargo senjata. Sehubungan dengan jatuhnya banyak korban
ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan terhadap demonstran yang
menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK mengutuk
keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid adalah suatu
kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan international serta mengakui
sahnya perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid. C.
Hubungan Indonesia dengan Afrika Selatan Hubungan politik antara Indonesia dan
Afrika Selatan terjalin lama sejak sebelum pembukaan hubungan diplomatik.
Indonesia mendukung the African National Congress (ANC) pada masa perjuangan
melawan Apartheid, dan menjaga posisi ini terus menerus serta memberikan sanksi
terhadap rejim Apartheid. Hubungan bilateral antara the ANC dan Indonesia
memberikan sebuah platform bagi negara – negara di Asia untuk berjuang melawan
Apartheid. Republik Afrika Selatan dan Republik Indonesia membuka hubungan
diplomatik pada bulan Agustus 1994. Kedutaan Republik Afrika Selatan didirikan
pada bulan Januari 1995 di Jakarta. Afrika Selatan dan Indonesia adalah anggota
Gerakan Non-Blok yang aktif, dan telah bekerja sama dengan erat dalam
meningkatakan prinsip – prinsip kerjasama Selatan – Selatan. Kedua negara telah
memainkan peranan penting dalam meningkatkan peranan Selatan dan meningkatkan
dialog Utara – Selatan. Suatu hal yang patut digarisbawahi adalah pada saat
Indonesia menjadi tuan rumah Konperensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955,
Indonesia mengundang the ANC sebagai wakil dari Afrika Selatan untuk konperensi
ini. Perjanjian Komisi Bersama ditandatangani pada bulan Maret 2004 untuk
memastikan pendekatan yang lebih terkoordinasi dalam mencapai kepentingan
bilateral yang sama antara Afrika Selatan dan Indonesia. Afrika Selatan dan
Indonesia bekerjasama dalam menkoordinasikan kegiatan – kegiatan New
Asia-Africa Strategic Partnership (NAASP) / Kemitraan Strategis Asia – Afrika
Baru. Kedua negara juga memiliki mandat untuk menjadi co-chair Pertemuan Asia –
Afrika mendatang yang dijadualkan akan diselenggarakan di Afrika Selatan pada
tahun 2010. Tanggungjawab sebagai tuan rumah bersama memberikan platform yang
lain untuk hubungan dan pemahamam yang lebih dekat antara kedua negara. Pada
tahun 2008, Presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan dengan
menandatangani Strategic Partnership Joint Declaration (Deklarasi Bersama
Kemitraan Strategis) yang memiliki arti penting untuk meningkatkan hubungan
kedua negara yang telah lama terjalin menuju ke tingkat yang baru.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada tahun 1910, Kesatuan Afrika Selatan
didirikan dari empat daerah yaitu Cape, Natal, Transvaal dan Free State.
Kesatuan ini adalah lebih kepada kesatuan kaum kulit putih dari segi hak dan
kuasa politik. Manakala, penduduk kulit hitam dikesampingkan. Akibatnya, kaum
kulit hitam menentang kesatuan ini. Walaupun terdapat penentangan yang hebat
terhadap kerajaan berbentuk perkauman, Akta Tanah Pribumi (Natives Land Act)
digubal pada tahun 1913. Akta ini menetapkan kawasan-kawasan penempatan yang
dipanggil "homeland" yang dapat diduduki oleh kaum kulit hitam.
Penempatan ini hanya merangkumi 13% kawasan di seluruh Afrika Selatan. Selain
itu, lebih banyak akta diskriminasi digubal, seperti pemberian kerja yang
memihak kepada kaum kulit putih. Pada 1930 an, diskriminasi perkauman menjadi
semakin teruk akibat kebangkitan semangat nasionalisme di kalangan bangsa
Afrikaner. Gabungan ini berhasil menyatukan suku Afrikaner dan Inggris. Namun,
perkongsian kuasa ini berakhir pada 1939 sewaktu Perang Dunia II meletus.
Perpecahan ini berlaku kerana kesatuan tersebut menyokong pihak Inggris,
manakala suku berhaluan kanan Partai Kebangsaan, bersimpati pula dengan regim
Nazi di Jerman. Nelson Mandela tidak pernah lelah memperjuangkan demokrasi dan
persamaan hak. Hidupnya telah menjadi inspirasi di Afrika Selatan dan seluruh
dunia. Semua berawal dari mimpi Mandela dimana dia akan menciptakan kebebasan
bagi orang-orang kulit hitam yang menderita akibat kekejaman politik apartheid.
Politik apartheid dicanangkan oleh Partai Nasional yang saat itu berkuasa mulai
1984. Tapi mereka pula yang meruntuhkannya setelah mendapat desakan dari dunia
internasional. Dan, yang terutama atas desakan dari bawah, para pejuang yang
dimotori Mandela.Dan usahanya bertahun-tahun itu berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Marquard, Leo. 1968. A Short History of
South Africa. New York: Frederick A. Praeger (Pusat: 968 MAR s). Rivkin,
Arnold. 1969. Nation Building in Africa: Problems & Prospect. New Jersey:
Rutgers University Press (Pusat: 960 RIV n). Soepartignyo. 1993. Sejarah
Afrika: Tinjauan Umum dan Dilema Perjuangan. Malang: OPF IKIP Malang.
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Make Money at : http://bit.ly/copy_win
Makalah Masyarakat Afrika Selatan Dan
Politik Apartheid
Date
February 19, 2011 Author By Miss
Nesaci Category Catatan Harian
Masyarakat Afrika Selatan
Penduduk Afrika Selatan terdiri atas kurang lebih 5 juta kulit putih dan 23 juta kulit hitam. Penduduk kulit putih terdiri atas dua golongan, ialah sekitar 3 juta kulit putih yang menyebut dirinya Afrikaner, yaitu mereka yang menganggap cikal bakal atau pelopor bangsa kulit putih di Afrika Selatan. Mereka adalah orang-orang Boer. Dua juta penduduk kulit putih lainnya ialah orang-orang Inggris, Itali dan lain sebagainya.
Penduduk Afrika Selatan terdiri atas kurang lebih 5 juta kulit putih dan 23 juta kulit hitam. Penduduk kulit putih terdiri atas dua golongan, ialah sekitar 3 juta kulit putih yang menyebut dirinya Afrikaner, yaitu mereka yang menganggap cikal bakal atau pelopor bangsa kulit putih di Afrika Selatan. Mereka adalah orang-orang Boer. Dua juta penduduk kulit putih lainnya ialah orang-orang Inggris, Itali dan lain sebagainya.
Bahasa yang dipergunakan oleh golongan
putih pada umumnya bahasa Inggris. Golongan Afrikaner berbahasa Belanda, khas
Afrika Selatan.
Golongan Afrikaner ini pun terdiri atas
dua kelompok, yaitu Afrikaner yang bercampur dengan orang-orang Inggris dan
Afrikaner yang terpisah dari pergaulan itu. Afrikaner yang bercampur dengan
Inggris, berkembang maju dengan mendapat kedudukan-kedudukan baik, sedangkan
Afrikaner yang terpisah, hidupnya kurang mendapat perhatian. Mereka merupakan
golongan yang statusnya kurang menentu di antara penguasa kulit putih dan rakyat
kulit hitam. Oleh penguasa, golongan tersebut terabaikan. Bergabung dengan
kulit hitam suatu hal yang tidak mungkin.
MASALAH APARTHEID
Perang Boer dan Berlakunya Sistem
Apartheid di Afrika Selatan
Daerah Afrika Selatan selain tanahnya subur juga memiliki hasil penambangan emas. Derah itu pada awalnya dikuasai oleh bangsa Portugis, tetapi sejak abad ke-7 diambil alih oleh bangsa Belanda. Sejak itu daerah Afrika Selatan menjadi koloni Belanda dan banyak orang-orang Belanda yang datang dan menetap di daerah itu. Pada tahun 1812 orang-orang Inggris juga datang di Afrika Selatan dan berhasil mendesak orang-orang Belanda (Boer). Setelah terlibat dalam perang hebat (perang Boer) bangsa Belanda mengalami kekalahan, sehingga Afrika Selatan kemudian dibagi dua. Afrika Selatan bagian utara diduduki oleh Bangsa Boer, sedangkan bagian selatannya diduduki oleh Inggris. Di bagian selatan, Inggris mendirikan Natal dan Cape Town sebagai daerah koloni mereka, sedangkan di bagian utara berdiri dua negara, yaitu Oranye Vrijstaat dan Transvaal oleh Bangsa Boer.
Daerah Afrika Selatan selain tanahnya subur juga memiliki hasil penambangan emas. Derah itu pada awalnya dikuasai oleh bangsa Portugis, tetapi sejak abad ke-7 diambil alih oleh bangsa Belanda. Sejak itu daerah Afrika Selatan menjadi koloni Belanda dan banyak orang-orang Belanda yang datang dan menetap di daerah itu. Pada tahun 1812 orang-orang Inggris juga datang di Afrika Selatan dan berhasil mendesak orang-orang Belanda (Boer). Setelah terlibat dalam perang hebat (perang Boer) bangsa Belanda mengalami kekalahan, sehingga Afrika Selatan kemudian dibagi dua. Afrika Selatan bagian utara diduduki oleh Bangsa Boer, sedangkan bagian selatannya diduduki oleh Inggris. Di bagian selatan, Inggris mendirikan Natal dan Cape Town sebagai daerah koloni mereka, sedangkan di bagian utara berdiri dua negara, yaitu Oranye Vrijstaat dan Transvaal oleh Bangsa Boer.
Walaupun masing-masing telah memiliki
bagian, peperangan masih saja terus berlangsung. Hingga tahun 1910 Inggris
berhasil mempersatukan seluruh Afrika Selatan dalam satu Uni Afrika Selatan
menjadi Republik dengan presidennya Hendrik Verwoed. Di masa pemerintahannya ia
bermaksud untuk memisahkan golongan minoritas kulit putih dengan golongan
mayoritas kulit hitam. Kebijakan Verwoed inilah yang kemudian berkembang
menjadi semacam diskriminasi rasial atau perbedaan warna kulit yang kemudian
dikenal dengan nama Apartheid.
Sebelum dilaksanakan politik Apartheid
sebenarnya telah lama dilakukan hal-hal yang merupakan gejala Apartheid, antara
lain :
- Native Land Act (Undang-undang Pertanahan Pribumi) tahun 1913 yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang sudah disediakan bagi mereka
- Undang-undang Imoraitas tahun 1927 yang melarang terjadinya perkawinan campuran antara kulit putih dengan kulit hitam atau kulit berwarna lainnya.
Pengganti Verwoed adalah Pieter Botha
pada tahun 1976 ia mengumumkan bahwa homeland-homeland yang dibentuk
dimaksudkan untuk menjadi negara bagian yang otonom. Namun siapa pun dapat
memahami dengan mudah bahwa politik Apartheid yang mengadakan pemisah pembangunan
daerah-daerah pemukiman dimaksud untuk memecah belah persatuan dan kesatuan
Afrika Selatan, sekaligus mengamankan pemerintahan minoritas bangsa kulit putih
di daerah itu.
Orang-orang kulit hitam yang semula
tidak mengerti bahwa kebijakan pemerintahannya, lambat laun mengerti bahwa
tujuan sebenarnya adalah diskriminasi rasial (perbedaan warna kulit). Oleh
karena itu mereka bangkit mengadakan perlawanan, tetapi pemerintaha Pieter
Botha dengan kejam menumpas setiap perlawanan yang terjadi. Banyak tokoh-tokoh
kulit hitam yang dijebloskan dalam penjara, seperti tokoh kharismatik Nelson
Mandela yang terpaksa mendekam dalam penjara selama 27 tahun.
Selain perlawanan bersenjata,
usaha-usaha mengakhiri politik Apartheid juga dilakukan melalui perjuangan
politik. Partai-partai yang terkenal antara lain Partai Konggres (ANC) pimpinan
Nelson Mandela dan Inkatha Freedom Party pimpinan Mongosuthu Buthulesi. Salah
seorang tokoh pergerakan Afrika Selatan yang juga sangat terkenal adalah Uskup
Agung Desmond Tutu. Perjuangan rakyat Afrika Selatan yang tidak mengenal lelah
akhir membawa hasil.
Timbulnya Gejala-gejala Ras-Diskriminasi
Orang-orang Belanda dari kaum Kristen Kalvinis yang pertama-tama datang di Afrika Selatan telah memandang penduduk pribumi kulit hitam dengan pandangan yang rendah. Penduduk pribumi itu dipandang sebagai bangsa biadab, primitif dan dianggap sebagai keturunan putra-putra Ham (anak kedua Nabi Nuh) yang dikutuk oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu yang menyebabkan terjadinya perbudakan atas bangsa kulit hitam oleh penduduk kulit putih.
Orang-orang Belanda dari kaum Kristen Kalvinis yang pertama-tama datang di Afrika Selatan telah memandang penduduk pribumi kulit hitam dengan pandangan yang rendah. Penduduk pribumi itu dipandang sebagai bangsa biadab, primitif dan dianggap sebagai keturunan putra-putra Ham (anak kedua Nabi Nuh) yang dikutuk oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu yang menyebabkan terjadinya perbudakan atas bangsa kulit hitam oleh penduduk kulit putih.
Perbudakan di Afrika Selatan mengikuti
usaha cari keuntungan yang besar dengan dibukanya tambang-tambang intan dan
emas. Dengan berlakunya sistem perbudakan, maka memudahkan diperoleh
pekerja-pekerja yang amat murah. Tempat tinggal mereka tidak boleh berbaur
dengan tempat kulit putih.
Daerah untuk kulit hitam disediakan
khusus yang jauh terpisah dan berpagar rapat. Untuk keluar masuk pemukiman
diwajibkan mempunyai surat pas. Dengan sistem itu, maka penguasaan atas
persediaan tenaga kerja akan terjamin.
Sampai pada abad ke-19 pemukiman kulit
hitam masih bercampur dengan daerah kulit putih, tapi pada permulaan abad ke-20
mereka digiring ke daerah pinggiran. Penduduk peranakan dan keturunan India
juga termasuk bangsa yang diusir dari kota.
Sebuah perkampungan kulit hitam yang
besar ialah perkampungan Soweto di sekitar Johannesrburg. Sejauh mata memandang
yang tampak hanya kompleks pemukiman yang amat luas dengan rumah-rumah primitif
yang kotor. Demikian pandang Kennedy, senator Amerika Serikat yang mengunjungi
Afrika Selatan. Rumah-rumah itu tidak disediakan pemerintahan dengan cuma-cuma,
tetapi ditarik sewa yang amat tinggi, sementara upah para buruh amat rendah.
Pada tahun 1913 penguasa kulit putih
mengeluarkan undang-undang pertanahan pribumi (Native Land Act) yang melarang
kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang telah disediakan untuk mereka.
Pada tahun 1927 dikeluarkan kembali undang-undang Imoralitas yang melarang
hubungan seks antara kulit putih dan kulit hitam. Perkawinan campuran antara
kulit putih dan kulit hitam atau kulit berwarna lainnya dilarang keras.
Politik Apartheid dirancang oleh Hendrik
Verwoed. Apartheid menurut bahasa resmi Afrika Selatan adalah Aparte
Ontwikkeling artinya perkembangan yang terpisah.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid
itu kedengarannya baik yaitu tiap golongan masyarakat, baik golongan kulit
putih maupun golongan kulit hitam harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan
itu didasarkan pada tingkatan sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya
menjurus pada pemisahan warna kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa
kulit putih terhadap rakyat kulit hitam.
Verwoed menyusun rencana pembentukan
homeland, yang disebut juga Batustan. Homeland dilaksanakan dengan diadakannya
pembagian kembali Afrika Selatan berdasarkan wilayah kesukuan.
Tiap orang kulit hitam Afrika Selatan
diharuskan menjadi warga negara salah satu homeland atas dasar tempat lahirnya.
Untuk memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk perangsang
termasuk perangsang untuk pemasukan modal dari luar untuk homeland.
Kemajuan-kemajuan kecil tampak dari proyek itu.
Perkembangan Politik Apartheid di Afrika Selatan
Partai Nasional memenangkan pemilihan umum dengan program Politik Apartheid. Kontak antara ras yang dapat membahayakan kemurnian ras dibatasi. Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku untuk golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Perkembangan Politik Apartheid di Afrika Selatan
Partai Nasional memenangkan pemilihan umum dengan program Politik Apartheid. Kontak antara ras yang dapat membahayakan kemurnian ras dibatasi. Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku untuk golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Kemenangan Partai Nasional bukan suatu
kebetulan, melainkan merupakan hasil situasi Afrika Selatan itu sendiri.
Setelah berkuasa, Partai Nasional bergerak secara sistematis untuk memperkuat
kedudukannya dalam parlemen dan memperluas kedudukannya di luar parlemen.
Dalam rangka hak-hak politik golongan
kulit hitam, golongan kulit berwarna Asia yang telah terbatas dikurangi dan
lambat laun dihapus. Di antara hak-hak itu adalah sebagai berikut :
- Pada tahun 1951 dikeluarkan Bantu Authorities Act yang menghapuskan DPR Pribumi dan sebagai gantinya ditetapkan pembentukan pemerintahan suku.
- Orang kulit hitam tidak boleh tinggal di daerah perkotaan kulit putih selama lebih dari 72 jam.
- Pada tahun 1945 dikeluarkan Native Land Act yang melarang orang kulit hitam memiliki atau membeli tanah di daerah perkotaan.
- Segregasi pendidikan dilaksanakan dengan Bantu Educationa Act pada tahun 1953.
Dia antara proyek Bantustan yang
dianggap berhasil di Afrika Selatan adalah pemberian kemerdekaan kepada
Transkei pada tanggal 26 Oktober 1976. kemerdekaan ini disambut baik oleh
rakyat dan pemerintah Transkei, tetapi mendapat tanggapan negatif dari
negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat dan Inggris.
Pergerakan Politik Afrika Selatan dalam
Menentang Politik Apartheid.
Setelah partai nasional berkuasa di Afrika Selatan secara sistematis dilembagakan dan dituangkan dalam undang-undang sehingga orang kulit putih menguasai rakyat pribumi dan secara berangsur-angsur merampok dan mengurangi hak-haknya. Orang kulit hitam menolak klaim kulit putih bahwa secara kodrat orang kulit putih memiliki keunggulan dan hak untuk memimpin.
Setelah partai nasional berkuasa di Afrika Selatan secara sistematis dilembagakan dan dituangkan dalam undang-undang sehingga orang kulit putih menguasai rakyat pribumi dan secara berangsur-angsur merampok dan mengurangi hak-haknya. Orang kulit hitam menolak klaim kulit putih bahwa secara kodrat orang kulit putih memiliki keunggulan dan hak untuk memimpin.
Dengan adanya orang-orang kulit hitam
menerima pendidikan Barat maka mereka mulai mengambil langkah-langkah membentuk
gerakan politik. South Afrika Native National Conference dan APO mengirimkan
delegasinya ke London untuk mengajukan protes, tetapi gagal. Sebagai reaksi,
lahirlah South African National (SANC) pada tahun 1912 kemudian namanya diubah
menjadi ANC (African National Congress). Sasarannya terbatas pada usaha agar
golongan elit Afrika Selatan diterima secara sosial dan politik dalam
masyarakat yang dikuasai oleh orang kulit putih. Perjuangan mereka untuk
mencapai sasaran adalah lewat jalan konstitusional.
Perjuangan ANC berubah setelah
pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan National Land Act yang isinya :”orang
kulit hitam dilarang membeli tanah atau hidup di wilayah orang kulit putih
sebagai penyewa atau penggarap bagi hasil”. Pada tahun 1919 – 1920, ANC melancarkan
kampanye menentang peraturan-peraturan kewajiban orang kulit hitam membawa pas.
ANC mengalami kemunduran setelah pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan
keras dan tegas. Untuk sementara peranannya diambil alih oleh ICU (Industrial
and Commercial Union) yang didirikan pada tahun 1919. ANC memperluas
keanggotaannya dan akhirnya berkembang menjadi organisasi massa.
Pada tahun 1952, orang kulit hitam,
kulit berwarna serta sejumlah orang kulit putih melancarkan suatu perlawanan
pasif. Situasi seperti ini terjadi pada tahun 1970 dan kejadian serupa sering
terjadi dalam perjuangan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh ANC.
Pada tahun 1955, kelompok-kelompok yang
menentang politik Apartheid mengadakan pertemuan di Capetown untuk menggariskan
dasar-dasar bagi Afrika Selatan yang demokratis dan non rasial. Pada tahun 1956
sebanyak 156 orang pemimpin ditangkap karena dituduh berkomplot akan
menggulingkan pemerintah. Proses ini terjadi berlarut-larut hingga akhirnya
mereka dibebaskan pada tahun 1961. sementara ANC kehilangan
pemimpin-pemimpinnya, sejumlah anggotanya memisahkan diri dan mendirikan Pan
Africanist Congress (PAC). Pada tahun 1960 PAC melancarkan kampanye anti
kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa itu sebanyak 69 orang tewas ditembak oleh
polisi di Sharpeville. Gerakan ANC dan PAC akhirnya dilarang setelah peristiwa
itu.
Pembantaian di Sharpeville dan adanya
larangan organisasi-organisasi politik di kalangan orang kulit hitam merupakan
titik balik dalam sejarah pembebasan Afrika Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa
dengan jalan damai tidak bisa maka ditempuh jalan kekerasan. Pada tahun 1961 –
1962, aktivis orang kulit hitam mendirikan organisasi Umkhonto We Sizwe dan
Poso dengan mengadakan sabotase terhadap milik orang kulit putih. Menjelang
akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin Bantustan mengadakan pertemuan untuk
membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan mengutuk diskriminasi rasial di
Afrika Selatan.
Pada tahun 1974, para pemuka federasi
mengadakan pertemuan dengan PM Vorster. Pada pertemuan itu, PM Vorster maupun
federasi akan meminta tambahan wilayah bagi negara Bantu. PM Vorster menolak
usulan agar diselenggarakan suatu konvensi multirasial guna menyusun suatu
konstitusi baru dan dia tidak akan mengikutsertakan orang kulit hitam dalam
kekuasaan negara.
Tekanan-tekanan semakin meningkat sejak
bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar melancarkan demontrasi protes di Soweto
yang berkembang menjadi huru hara di kota-kota orang kulit hitam dekat
Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang tewas dan lebih seribu orang mengalami
luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko pimpinan Black Consciousness dalam tahanan
merupakan puncak tekanan pemerintah Afrika Selatan.
Pada tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan
PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan agar mengambil tindakan untuk mewujudkan
harmoni rasialatas dasar persamaan dan melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan
Apartheid dan diskriminasi rasial. Pada tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi
seruannya sambil menghimbau kepada semua negara agar menghentikan penjualan
senjata dan perlengkapan militer kepada Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember
1963, DK mengutuk sikap acuh tak acuh pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi
kembali seruannya kepada semua negara agar menggunakan embargo senjata.
Sehubungan dengan jatuhnya banyak korban
ketika pasukan Afrika Selatan melepaskan tembakan terhadap demonstran yang
menentang diskriminasi sosial (16 Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK
mengutuk keras pemerintah Afrika Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid
adalah suatu kejahatan, mengganggu perdamaian dan keamanan international serta
mengakui sahnya perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid.
Sikap Negara Barat
Negara-negara Barat yang menyatakan menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban martabat semua orang tidak setuju dengan diskriminasi rasial dan politik Apartheid di Afrika Selatan, tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu karena mempunyai banyak kepentingan. Mereka hanya mendukung resolusi-resolusi anti Apartheid.
Sikap Negara Barat
Negara-negara Barat yang menyatakan menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban martabat semua orang tidak setuju dengan diskriminasi rasial dan politik Apartheid di Afrika Selatan, tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu karena mempunyai banyak kepentingan. Mereka hanya mendukung resolusi-resolusi anti Apartheid.
Kepentingan negara-negara Barat terhadap
Afrika Selatan antara lain sebagai berikut :
- Afrika Selatan merupakan salah satu sumber utama bahan mentah yang dibutuhkan oleh industri dan kehidupan negara-negara tersebut.
- Letak geografis Afrika Selatan mempunyai arti penting bagi strategi global negara-negara Barat, khususnya USA.
- Afrika Selatan menguasai jalur pelayaran Tanjung Harapan yang merupakan urat nadi mereka.
- Suplai minyak dan bahan-bahan mentah vital diangkut lewat jalur tersebut.
Kemenangan Mandela
Nelson Mandela adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik Afrika Selatan yang sempat menyaksikan dan merasakan puncak dari perjuangannya yakni pembebasan kaum kulit hitam Afrika Selatan dari penindasan kaum kulit putih. Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan miltirasial pertama kali sepanjang 340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa perubahan besar bagi negeri itu.
Nelson Mandela adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik Afrika Selatan yang sempat menyaksikan dan merasakan puncak dari perjuangannya yakni pembebasan kaum kulit hitam Afrika Selatan dari penindasan kaum kulit putih. Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan miltirasial pertama kali sepanjang 340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa perubahan besar bagi negeri itu.
Nama Nelson Mandela mulai menanjak
ketika ia terpilih menjadi Sekjen ANC (African National Congress) pada tahun
1948 dan pada tahun 1952 menjadi Presiden Liga Pemuda. Sejak itu Mandela lebih
banyak memainkan peranannya secara rahasia. Pada tahun 1961 sebagai Sekretariss
Jenderal ANC, Mandela mengomandokan pemogokan selama tiga hari 29 – 31 Mei
1961. seruan pemogokan itu ditanggapi oleh pemerintah Apartheid sebagai suatu
pelanggaran serius.
Pada bulan Desember 1962, ia dijatuhi 5
tahun penjara, dengan tuduhan meninggalkan negara secara ilegal. Mandela
menjalani hukumannya di penjara Pretoria. Tidak beberapa lama tokoh-tokoh ANC
lainnya juga ditangkap di markas ANC. Pada saat itu disita pula sejumlah
dokumen rahasia, menyangkut ANC dan Tombak Bangsa. Mereka yang ditangkap yaitu
Walter Sisulu, Govan Mbeki, Raymond Mhlaba, Ahmed Akthrada, Dennis Golberg dan
Lionel Bernstein.
Mandela bersama-sama dengan keenam
rekannya diperiksa dengan tuduhan melakukan sabotase bersengkongkol untuk
menumbangkan pemerintah dan membantu unsur asing menyerang Afrika Selatan.
Mereka akhirnya divonis dengan hukuman seumur hidup pada tanggal 12 Juni 1964
dan harus mendekam dalam penjara di Pulai Roben Cape Town. Pada tahun 1982
Mandela dipindahkan lagi ke penjara Pollsmor juga masih daerah Cape Town.
Selama di penjara itulah kampanye
pembebasannya dilancarkan, baik di Afrikan Selatan sendiri maupun di luar
Afrika Selatan. Aksi protes dan kampanye pembebasan Mandela semakin berkobar
sejak tahun 1982, bahkan pada tahun 1988 ulang tahun ke-70 Nelson Mandela
dirayakan oleh bangsa kulit hitam Afrika Selatan dengan menggelar konser musik
selama 120 jam non stop dan disiarkan ke-50 negara. Akibat kampanye pembebasan
tokoh ANC ini, makin banyak negara yang menekan pemerintah Apartheid Afrika
Selatan baik secara politik maupun ekonomi.
Kampanye pembebasan itu membuat Mandela
menjadi tokoh tahanan politik paling populer di dunia. Akibat tekanan yang
bertubi-tubi pada bulan Juli 1989 Botha bertemu dengan presiden F.W. de Klerk
pengganti Botha. Dari pertemuan-pertemuan itu pada bulan Februari 1990, de
Klerk mengumumkan di depan parlemen bahwa pemerintahannya akan mencabut
larangan bagi ANC, Partai Komunis Afrika Selatan (SACP) dan Pan Africanist
Congress (PAC) menyusul diakhirinya politik Apartheid. Pada kesempatan itu de
Klerk juga mengisyaratkan bahwa Mandela akan segera dibebaskan. Pembebasan
tokoh kharismatik Afrika Selatan ini kemudian dilaksanakan sesuai dengan
janjinya. Pada tanggal 11 Februari 1990 dari penjara Victor Verster, Mandela
dibebaskan. Pembebasan itu sangat menarik perhatian dunia dan disambut oleh
ratusan wartawan baik dari dalam maupun luar negeri.
Tentang Apartheid (dalam kerangka ekonomi-politik).
Abstraksi
Sejarah
Apartheid berasal dari bahasa Afrika: apart
memisah, heid berarti sistem atau hukum, jadi, makna dalam konteks
sejarahnya adalah sebagai sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah
kulit putih di Afrika Selatan dari
sekitar awal abad ke-20
hingga tahun 1990.Hukum apartheid dicanangkan pertama kali di Afrika Selatan, yang pada tahun 1930-an dikuasai oleh dua bangsa kulit putih, koloni Inggris di Cape Town dan Namibia dan para Afrikaner Boer (Petani Afrika) yang mencari emas/keberuntungan di tanah kosong Arika Selatan bagian timur atau disebut Transvaal (sekarang kota Pretoria dan Johannesburg).
Setelah Perang Boer selesai, penemuan emas terjadi di beberapa daerah di Afrika Selatan, para penambang ini tiba-tiba menjadi sangat kaya, dan kemudian sepakat untuk mengakhiri perang di antara mereka, dan membentuk Persatuan Afrika Selatan.
Perdana Menteri Hendrik Verwoerd pada tahun 1950-an mulai mencanangkan sistem pemisahan di antara bangsa berkulit hitam, dan bangsa berkulit putih, yang sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1913 yaitu “Land Act” dimana para bangsa kulit hitam tidak boleh memiliki tanah semeter pun di luar batas “Homeland” mereka, yang sangat kotor dan tidak terawat. Dari banyak sekali Homeland (bahasa Afrikaans:Tuisland) yang dibentuk/ dipisahkan dari Afrika Selatan yang “putih”. Empat menyatakan kemerdekaannya; yaitu negara yang dikelompokkan menjadi TBVC (Transkei, Bophutatswana, Venda, dan Ciskei) dari suku bahasanya.
Frederik Willem de Klerk adalah orang yang mengakhiri masa suram ini dengan pidato-pidatonya yang reformatif. Negara Republik Afrika Selatan setelahnya ini akan berdiri dengan pimpinan demokratis Nelson Mandela yang mempunyai nama alias “Rolitlatla” (Pengambil Ranting/pencari gara-gara).
Kerangka Ekonomi-Politik Sebagai Metode Analisa
Rasialisme
yang semakin menguat pada masa itu di Afrika Selatan perlu dikaji
bagian-bagaiannya lebih mendalam, agar, terdekteksi makna mendasar darimana
awal kemunculan rasialisme yang imanen dalam masyarakat Afrika Selatan. Maka,
kajian dalam kerangka ekonomi-politik harus dikedepankan untuk mengetahui
dasar-dasar pemikiran yang muncul.
Sepanjang
sejarah kehidupan manusia, mereka dibentuk oleh identitas yang kuat dari suku,
agama, etnik atau kebangsaan. Akibatnya, malapetaka terbesar terjadi karena ada
persaingan dan konflik dari komunitas-komunitas tersebut. Sehingga komunitas
dibedakan berdasarkan kelas-kelas dengan cara mengeksploitasi kelas bawah dan
kelas atas secara universal. Oleh Marx, kemunculan fragmentasi sosial yang
terlalu banyak (seperti agama, politik, ekonomi) adalah akibat dari kesalahan
menganalisa sejarah, sejarah yang terlepas dari relasi produksi. Dimana tatanan
sosial-politik-budaya tersebut lahir dari dialektika basic
dan suprastruktur yang diciptakan oleh kekuasaan pada tiap-tiap periodenya
masing-masing. Maka, oleh Marx, segala hal ihwal yang terkait dengan
fragmentasi sosial hanyalah cerminan dari corak produksi masyarakat, dimana
Marx dengan berani menyederhanakan masyarakat dalam dua kelompok, yaitu,
kelompok yang memiliki alat produksi dan kelompok yang tidak memiliki alat
produksi.
Analisa
Sosial
Konflik
sosial yang terjadi tidak hanya muncul dari pertentangan antara kelompok
masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain secara horizontal
dalam keudukannya sebagai warga Negara. Konflik sosial sering terjadi juga
antara warga Negara dengan pemerintah yang berkuasa. Dalam hal ini pertentangan
sosial antara kelas bawah dengan kelas atas—yang juga sebagai penguasa dalam
pemerintahan—juga seringkali terjadi. Artinya adalah system pemerintahan yang
dijalankan belum secara maksimal mampu meredam gejolak warga kelas terendah
dalam lapisan masyarakat. Dalam masyarakat industrial saat ini menurut Karl
Heinrich Marx, masyarakat terbagi menjadi klas-klas yang muncul akibat dari
pertentangan antara klas pemilik alat produksi (borjuis/pemodal) dan klas yang
tidak memiliki alat produksi (proletar/buruh) yang bekerja untuk menerima upah
dari klas pemilik alat produksi. Menurut penulis, itulah alasan mengapa Marx
menganggap bahwa “klas merupakan determinisme ekonomi”. Marx mengistilahkan
klas borjuis dan klas buruh.
Dalam dasar-dasar filsafat Materialisme-Dialektika-Historis (MDH) klas antara buruh dan pemilik modal tersebut digolongkan lagi oleh Marx dalam klas fundamental dan non fundamental. Ada tiga asumsi dasar yang dipakai Marx dalam mengembangkan teori konflik miliknya. Pertama, organisasi ekonomi, khususnya kepemilikan kekayaan, diasumsikan sebagai struktur dasar (base-structure) yang menentukan bentuk-bentuk organisasi lainnya dalam sebuah masyarakat. Kedua, kekuatan-kekuatan yang menghasilkan konflik kelas revolusioner diasumsikan inheren dalam organisasi ekonomi. Ketiga, konflik bersifat bipolar, antara kelas yang dieksploitasi dan kelas penindas (buruh dan pemodal). Begitu juga dengan teori Weber yang lebih luas menganalisa tentang kelas sosiologis, bagi penulis tidak begitu mempermasalahkan pertentangan antara Karl Marx dan Weber, malahan dari kedua teori tersebut sebenarnya saling melengkapi jika pemikiran Karl Marx diteliti lebih jauh lagi terutama dalam dasar-dasar pemikiran filsafat Materialisme Dialektika Historis yang dipakainya sebagai landasan dan pisau analisa mengetahui pertentangn klas-klas dalam masyarakat. Max Weber mengatakan bahwa stratifikasi tidak hanya dibentuk oleh ekonomi melainkan juga prestige (status), dan power (kekuasaan/politik). Konflik muncul terutama dalam wilayah politik yang dalam kelompok sosial adalah kelompok-kelompok kekuasaan, seperti partai politik.
Medan
Problematika
Dalam
bagian permasalahan, Penulis mengangkat masalah mengenai politik Apartheid yang
terjadi di Afrika Selatan. Alasan Penulis mengangkat permasalahan ini adalah
karena substansi dari Apartheid itu menyangkut masalah ras dan kelas. Parahnya
permasalahan politik Apartheid ini sampai pada masalah kemanusiaan, sehingga
perlu perhatian seksama dari dunia internasional.
Permasalahan
yang terjadi dalam politik Apartheid adalah manusia yang berkulit hitam,
berbeda dengan manusia yang berkulit putih. Manusia yang berkulit hitam
bernilai rendah dibandingkan manusia yang berkulit putih yang dinilai tinggi. Dampak
dari pembedaan ini, muncul kelas-kelas dalam masyarakat Afrika Selatan, yaitu
manusia kulit berwarna putih adalah mereka yang berada di kelas satu.
Masyarakat ataupun manusia yang berkulit hitam adalah mereka yang berada di
kelas dua.
Dari permasalahan kelas itulah terjadi sikap yang eksklusivisme dan diskriminatif. Seseorang yang berkulit hitam tidak mendapatkan hak pelayanan publik yang baik dibandingkan mereka yang berkulit putih. Parahnya lagi, mereka yang berkulit hitam dieksploitasi oleh mereka yang berkulit putih dalam memainkan roda produksi dan ekonomi.
Jika dikaitkan dengan tulisan John Cobb, hal ini persis terjadi dengan apa yang terjadi dengan masyarakat yang ada di Amerika. Selain permasalahan suku Indian yang asli penghuni Amerika yang ditindas, permasalahan warna kulit juga menjadi hal yang serius terjadi di negara adi daya ini. Sama seperti politik Apartheid di Afrika Selatan, permasalahan warna kulit di Amerika menganggap bahwa kulit putih lebih tinggi hak dan martabatnya dibandingkan mereka yang berkulit gelap. Dari hal itu muncul persitegangan antara mereka yang Amerika berkulit hitam dengan Amerika yang berkulit putih. Pertanyaan yang dapat ditanyakan bagi mereka yang berkulit hitam adalah Apa yang dimaksudkan dengan masyarakat Amerika; sedangkan bagi mereka yang berkulit putih adalah bagaimana ide tentang ras terbentuk dalam sejarah Amerika?
Menurut Cobb, perkembangan kolonialisme serta imperialisme bangasa Eropa, berdampak pada perbedaan secara fisik atau warna kulit. Selain terkait dengan masalah rasis, masalah yang terjadi di Amerika juga berhubungan dengan masalah kelas. Eksploitasi dalam bidang tenaga kerja terjadi, sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. John Cobb melihat bahwa pekerja yang dibayar setengah waktu dibayar di bawah upah minimum. Akibatnya mereka ingin dibayar penuh, agar kebutuhan hidup mereka dapat disesuaikan dengan upah minimum yang mereka peroleh. Ini berarti, terjadi konstruksi sosial dalam masyarakat. Namun demikian, ini tidak murni berasal dari konstruksi sosial. Sebagian berasal dari konstruksi ekonomi, yang didasarkan dari ketidakpastian nyata dari kehidupan ekonomi dan politik dalam kehidupan bermasyarakat.
Ada
dua kebijakan umum dari pemerintah yang mengakibatkan munculnya kelas bawah,
yaitu: pertama,
perang terhadap obat terlarang yang sering berputar di sekitar mereka yang
kurang mampu; serta kedua, memelihara pengangguran. Hal ini
menyebabkan mereka yang tidak memiliki pekerjaan menjadi buruh. Hal ini
disadari pemerintah, jadi usaha yang dilakukan pemerintah yaitu memberikan
dukungan kepada mereka yang tidak bisa mendapat pekerjaan. Selain itu Federal
Reserved Board juga menjaga inflasi dengan cara menaikkan tingkat
suku bunga dalam situasi yang dibutuhkan, karena jika tingkat pengangguran
turun berpotensi terjadi inflasi.
Mungkin sedikit agak rancu, mengapa ketika Penulis mengangkat permasalahan mengenai politik Apartheid, yang dibahas dalam permasalahan lebih banyak kasus yang terjadi di Amerika? Penulis sebenarnya ingin menunjukkan bahwa, apa yang ditulis oleh John Cobb mengenai permasalahan di Amerika, identik dengan permasalahan Apartheid yang diangkat Penulis yang juga terjadi di Afrika Selatan. Keidentikan tersebut bisa dilihat dalam hal rasisme, serta pembagian kelas yang terjadi dalam masyarakat. Pembagian kelas di Afrika Selatan akibat politik Apartheid, mungkin bisa disejajarkan dengan pembagian kelas menurut Marxis yang dipaparkan Cobb dalam bukunya. Hal ini yang perlu digali dan dianalisa lebih mendalam lagi, untuk melihat apakah pembagian kelas dari Marxis dapat digunakan dalam pembagian kelas karena politik Apartheid.
Seseorang yang berkulit hitam di Afrika Selatan diidentikan sebagai kaum yang tereksploitasi oleh kaum kulit putih, sehingga perbudakan di Afrika Selatan semakin susah untuk dihilangkan. Hal ini terjadi dalam banyak hal, seperti ekonomi, sosial dan politik. Bahkan lebih ekstrim lagi, Marx mensinyalir bahwa agama juga berperan dalam keterasingan manusia akibat eksploitasi. Dari sekian banyak permasalahan yang dipaparkan Penulis dalam makalah ini, maka Penulis merumuskan permasalahan ke dalam tiga pertanyaan besar, yaitu :
- Bagaimana Apartheid mempengaruhi sistem kelas yang ada di masyarakat Afrika Selatan?
- Bagaimana peran agama dalam menyikapi masalah ras dan kelas yang terjadi akibat politik Apartheid di Afrika Selatan?
- Sistem seperti apa yang dapat menghilangkan pembedaan ras dan kelas dalam politik Apartheid di Afrika Selatan?
Kerangka
Teoritik
Karl Marx :
Marx
melihat bahwa proses pembentukan kelas-kelas dalam masyarakat adalah bagian
dari proses sosial dan ekonomi yang berlandaskan pada proses produksi. Menurut
Marx, masyarakat feodalistik mengatur proses produksinya, yaitu melalui gilda
yang mandiri, disapu bersih oleh sistem kepabrikan yang lengkap dan modern.
Tuan-tuan tanah dan pemilik gilda (borjuis) disingkirkan oleh kelas menengah,
pedagang, dan mesin-mesin modern. Tersingkirnya cara produksi yang lama
sesungguhnya merupakan seleksi alam yang biasa. Mereka yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan akan tersingkir.
Marx
meyakini bahwa identitas suatu kelas sosial ditentukan oleh hubungan
sarana-sarana produksi. Berdasarkan hal tersebut, Marx mendeskripsikan
kelas-kelas sosial dalam masyarakat Kapitalis yang terdiri atas, kaum proletar
dan borjuis. Kaum proletar merupakan mereka yang menjual tenaga kerja mereka
yang tidak memiliki sarana produksi. Sedangkan borjuis merupakan mereka yang
memiliki sarana produksi, dan membeli tenaga kerja proletar dan mengeksploitasi
mereka.
Politik
Apartheid
Istilah
Apartheid berasal dari serapan bahasa Afrika Selatan, yaitu Apart (terpisah)
dan Heid (sistem/hukum). Apartheid juga bisa dipahami sebagai sebuah sistem
pemisahan yang dirancangkan oleh pemerintah kulit putih Afrika Selatan, sejak
awal abad XX – tahun 1990-an. Tahun 1930-an, hukum Apartheid pertama kali
dicanangkan di Afrika Selatan, dimana dikuasai oleh dua bangsa kulit putih.
Kedua bangsa kulit putih itu adalah Inggris di Cape Town dan Namibia-Afrikaner
Boer yang berlomba untuk menguasai daerah di Pretoria dan Johannesburg. Setelah
perang Boer terjadi, dua bangsa ini menjadi kaya. Perdana Menteri Hendrik
Verwoerd pada tahun 1950-an mulai mencanangkan sistem pemisahan di antara
bangsa berkulit hitam, dan bangsa berkulit putih, yang sebenarnya sudah terjadi
sejak tahun 1913 yaitu “Land Act” dimana para bangsa kulit hitam tidak boleh
memiliki tanah semeter pun di luar batas “Homeland” mereka, yang sangat kotor
dan tidak terawat. Dari banyak sekali Homeland (bahasa Afrikaans: Tuisland) yang
dibentuk/ dipisahkan dari Afrika Selatan yang “putih”. Empat menyatakan
kemerdekaannya; yaitu negara menjadi TBVC (Transkei, Bophutatswana, Venda, dan
Ciskei) dari suku bahasanya.
Teologi
Hitam :
Teori
ini diperkenalkan oleh Martin Luther King Jr, yang merupakan suatu respon
ketidakadilan kulit hitam sebagai kaum yang dieksploitasi dari kaum kulit
putih. Faktor pembentuk perspektif teologi hitam didasarkan pengalaman mereka
yang berkulit hitam yang sangat direndahkan dan penuh penderitaan. Faktor selanjutnya
yang membentuk teologi hitam adalah sejarah kaum kulit hitam yang tidak
diperhitungkan secara kemanusiaan.
Martin Luther King Jr melakukan kritik ideologi terhadap persoalan diskriminasi, yang salah satunya adalah rasisme. Tujuannya adalah memperjuangkan kesamaan hak antara orang kulit hitam dengan mereka yang berkulit putih dalam berbagai aspek. Sifat dari teologi hitam ini secara ideologi memiliki ciri yang peyoratif. Dampaknya mereka mulai membangun resistensi identitas sebagai dasar dan bentuk perlawanan, dimana mereka memberi definisi bagi posisi mereka dalam masyarakat. Atau dengan kata lain sebagai bentuk transformasi dari struktur sosial. Intinya dalam teologi hitam adalah kritik sosial yang ditujukkan untuk mengkritik sistem dominasi seperti rasisme dan kemiskinan yang mengakibatkan ketidakadilan.
Konsep Keadilan menurut Rawls:
Asumsi
dasar konsep keadilan menurut Rawls dibagi menjadi tiga bagian, yaitu manusia
merupakan individu yang rasional dan otonom. Kedua, pandangan Rawls tentang
masyarakat didasarkan pada teori kontrak sosial. Dan ketiga, Rawls melihat
tentang konsep dasar manusia, yaitu hak-hak dasar manusia seperti berpikir dan
hati nurani; kebebasan bergerak dan memilih pekerjaan; kekuasaan dan
prerogratif; kebebasan mengenai pendapatan dan kekayaan; kebebasan berbasis
harga diri.
AnalisisDari kasus tersebut, analisanya adalah paham rasis yang fundamental menimbulkan terbentuknya kelas. Hal ini dapat ditelaah mulai dari hal yang terkecil dahulu, yaitu keluarga sebagai komunitas terkecil dalam masyarakat. Tidak adanya penghargaan terhadap perbedaan, membuat masyarakat hidup dalam karakter alami seperti awalnya terbentuk. Dari hal tersebut, terbentuk sifat keeksklusivan sehingga menjadikan paham persaingan yang menginginkan kekalahan etnis lain.
Dalam
kasus Apartheid, kulit hitam tidak diperhitungkan nilai kemanusiaannya, seperti
yang dipaparkan dalam teologi Hitam. Hal ini memicu adanya konflik kemanusiaan.
Apa yang dilakukan para pejuang kulit hitam di Afrika Selatan, merupakan apa
yang diilhaminya dari Martin Luther King Jr, yaitu menginginkan persamaan hak
dan derajat antara manusia yang berkulit hitam dengan yang berkulit putih.
Selama ini mereka yang berkulit hitam yang dijadikan masyarakat kelas dua dalam
komunitas di Afrika Selatan. Hal ini disebabkan karena mereka yang berkulit
putih berhasil menguasai kegiatan ekonomi di daerah-daerah Afrika Selatan.
Akibatnya mereka yang berkulit hitam dieksploitasi. Hal ini identik dengan
teori yang dikemukakan oleh pengikut aliran Marx, dimana ada kesenjangan antara
kaum borjuis dan proletar. Borjuis dalam konteks Afrika Selatan adalah mereka
yang berhasil menguasai perekonomian di Afrika Selatan, sedangkan yang berkulit
hitam adalah kaum buruh.
Jika ditinjau lebih dalam lagi dengan teori Karl Marx, maka akan ditemukan bahwa eksplotasi kaum kulit hitam yang diposisikan sebagai proletar, menempatkan mereka pada perbudakan abadi. Dari sini munculah pemerosotan martabat, yang ujung-ujungnya dehumanisasi. Ini ada betulnya, karena politik Apartheid di Afrika Selatan menciptakan kasus kemanusiaan yang serius.
Kesimpulan:
Dari
teori dan analisa yang telah disampaikan Penulis, maka dalam bagian kesimpulan
ini harus menjawab tiga pertanyaan yang ada di bagian permasalahan, yaitu :
A.
Perbedaan warna kulit yang terjadi di Afrika Selatan yang didukung oleh politik
Apartheid menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat. Masyarakat dari komunitas
kulit putih adalah masyarakat kelas satu dan berhak dengan fasilitas publik
yang baik. Sedangkan masyarakat dari komunitas kulit hitam adalah masyarakat
kelas dua, yang harus mengalah dengan masyarakat kelas satu. Hal ini dapat
terjadi karena politik Apartheid adalah suatu sistem yang diciptakan oleh
pemerintah Afrika Selatan yang berkulit putih. Dengan begitu jelaslah, mengapa
masyarakat dari komunitas kulit putih berubah tempat menjadi masyarakat kelas
satu, dibanding masyarakat dari kulit hitam, yang dianggap sebagai kelas dua.
Bisa dikatakan, penyekatan dalam kelas-kelas yang terjadi akibat politik
Apartheid adalah kelas yang dimaksudkan Marx dalam kritik sosial ekonominya.
B.
Dalam politik Apartheid dikatakan bahwa orang Kristen yang berkulit hitam tidak
menyumbangkan kontribusi yang berharga bagi kekristenan. Hal inilah yang
mendorong lahirnya teologi hitam, yang merupakan kritik terhadap orang Kristen
kulit putih yang berpahaman rasisme. Dari analisa Penulis, kesimpulannya adalah
bahwa teologi hitam di satu sisi sangat mendorong kesederajatan antara
masyarakat dari masyarakat kulit hitam dengan mereka yang berkulit putih. Akan
tetapi hal itu bisa saja menjadi mimpi buruk, karena berpotensi untuk sikap
eksklusivis dan fundamental dari masyarakat kulit hitam kepada yang berkulit
putih. Hal inilah yang harus dipahami oleh agama dalam memainkan perannya di
tengah politik Apartheid, yaitu harus melihat lebih cermat dan bersifat
mempersatukan.
C.
Jika ditanyakan sistem apa yang cocok untuk menghapuskan pembedaan ras dan
kelas di Afrika Selatan adalah Penulis bersepakat bahwa konsep keadilan menurut
Rawls dapat menghilangkan kelas-kelas yang terjadi akibat polti apartheid.
Intinya dalam keadilan Rawls, manusia itu adalah sama, sederajat, dan yang
terpenting adalah otonom. Untuk itu harus ada perlindungan bagi mereka yang
diperlakukan secara tidak adil. Sistem ini bisa dijalankan dengan kontrak
sosial yang damai, bukan dengan kritik yang provaktif yang membangun
permasalahan baru lagi.
hay, nama saya try, salam kenal,.
BalasHapustrimakasih sudah berbagi ilmu,.. artikelnya sangat bermanfaat..
kalau ada waktu jangan lupa mampir di Tugas dan Materi Kuliah. Saya juga punya pembahasan mengenai politik., kalau berminat silahkan lihat Makalah Politik Pendidikan . siapa tahu bisa bermanfaat.
terima kasih atas informasinya ya guys,semoga bisa bermanfaat bagi saya.
BalasHapus